Tamat Sudah! Tupperware Tutup Usaha di Indonesia Setelah 33 Tahun: “Terima Kasih, Sahabat Dapur Keluarga”
JAKARTA – Dunia retail Indonesia kehilangan legenda. Tupperware, merek penyimpanan makanan ikonis asal Amerika Serikat, resmi menghentikan operasional bisnisnya di Tanah Air setelah 33 tahun menghiasi dapur hingga momen kebersamaan keluarga.
Keputusan ini menutup babak panjang bisnis multi-level marketing (MLM) yang pernah menjadi primadona ibu-ibu rumah tangga dan pebisnis lokal.
Global Shutdown: Dari Pailit AS Hingga Efek Domino ke Indonesia
Keputusan ini tak datang tiba-tiba. Induk perusahaan Tupperware di AS telah mengajukan pailit pada September 2024 setelah bertahun-tahun terpuruk dalam krisis finansial.
“Ini bagian dari restrukturisasi global perusahaan,” tulis manajemen Tupperware Indonesia di unggahan Instagram perpisahan, Minggu (12/5/2025).
Operasional di Indonesia sendiri telah berhenti sejak 31 Januari 2025. Dalam pesan emosionalnya, Tupperware menyebut: “33 tahun bukan hanya angka. Ini tentang cerita keluarga Indonesia yang menyimpan kenangan dalam wadah-wadah kami.”
Nostalgia 33 Tahun: Dari Era Jerigen Kuning hingga Kontroversi MLM
Tupperware masuk Indonesia pada 1992 dan langsung merevolusi budaya penyimpanan makanan. Produknya, seperti Minyakita dan kotak bekal anti-tumpah, menjadi simbol modernitas dapur. Namun, bisnis MLM-nya juga menuai kritik.
Banyak alumni Tupperware mengaku terjerat target penjualan yang memberatkan, meski tak sedikit yang sukses jadi jutawan dari sistem ini.
“Dulu, jadi agen Tupperware adalah kebanggaan. Tapi persaingan dengan merek lokal dan digitalisasi membuat bisnis ini tergerus,” ujar Dian, mantan leader Tupperware Jakarta yang kini beralih ke bisnis online.
Duka Netizen: “Selamat Jalan, Sahabat Meal Prep”
Unggahan perpisahan Tupperware di Instagram langsung banjir komentar nostalgik. “Ini akhir era. Dulu nikah dikasih kado Tupperware, sekarang tinggal kenangan,” tulis @IbuRumahan_.
Netizen lain membagikan foto koleksi Tupperware warisan ibu atau nenek, membuktikan betapa merek ini melekat dalam budaya keluarga Indonesia.
Apa Dampaknya ke Pasar Indonesia?
Penutupan Tupperware membuka peluang bagi merek lokal seperti LocknLock atau Oxone menguasai pasar. Namun, pakar retail Faisal Basri menyebut, “Tupperware bukan sekadar produk, tapi ikon yang meninggalkan jejak sosial. Penggantinya harus menawarkan nilai lebih dari sekadar wadah kedap udara.”
Masa Depan Eks Agen: Beralih ke Digital atau Gulung Tikar?
Sekitar 50.000 agen da distributor aktif Tupperware Indonesia kini terancam kehilangan mata pencaharian. Sebagian besar berencana beralih ke bisnis MLM lain atau banting setor ke marketplace.
“Kami kecewa, tapi harus move on. Ilmu marketing dari Tupperware jadi modal berharga,” kata Rina, eks agen di Bandung.
Goodbye, Tupperware!
Sebagai penutup, Tupperware berpesan: “Terima kasih telah menjadikan kami bagian dari cerita keluarga Indonesia. Wadah kami mungkin tak lagi ada, tapi kenangan di dalamnya tetap abadi.” (ant)