MEDAN – Semakin banyak perusahaan di Indonesia menghadapi tantangan besar dengan menurunnya rasa memiliki karyawan terhadap tempat mereka bekerja. Fenomena ini terlihat dari meningkatnya angka turnover, rendahnya keterlibatan karyawan, hingga menurunnya produktivitas di berbagai sektor.
Menurut survei terbaru yang dilakukan oleh sebuah lembaga konsultan SDM, hanya sekitar 35% karyawan di Indonesia merasa memiliki keterikatan emosional dengan perusahaan mereka. Sisanya menganggap pekerjaan hanya sebagai kewajiban tanpa rasa keterlibatan lebih dalam.
Beberapa faktor utama yang menyebabkan hal ini terjadi di antaranya adalah kurangnya apresiasi dan penghargaan terhadap karyawan, budaya kerja yang tidak mendukung, serta ketidaksesuaian antara nilai pribadi dengan visi perusahaan. Selain itu, minimnya keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan kurangnya kesempatan pengembangan karier juga menjadi penyebab utama karyawan merasa tidak memiliki hubungan emosional dengan perusahaan mereka.
Dampak dari fenomena ini sangat signifikan bagi perusahaan. Produktivitas cenderung menurun karena karyawan bekerja sekadarnya tanpa inisiatif lebih. Tingkat turnover yang tinggi juga meningkatkan biaya rekrutmen dan pelatihan, yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas operasional perusahaan.
Tidak hanya itu, reputasi perusahaan pun dapat terpengaruh jika lingkungan kerja dianggap tidak mendukung, yang bisa menyulitkan pencarian talenta baru.
Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan perlu mengambil langkah strategis guna meningkatkan rasa memiliki karyawan. Meningkatkan komunikasi dan transparansi antara manajemen dan karyawan, membangun budaya kerja yang positif, menyediakan peluang pengembangan karier, serta melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan dapat menjadi solusi yang efektif.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan meningkatkan keterikatan karyawan terhadap tempat mereka bekerja.(RZ)