Polisi Amerika Salah Tangkap 8 Orang karena Andalkan AI

JAKARTA – Kasus salah tangkap di Amerika Serikat mencuat setelah delapan orang menjadi korban karena terlalu mengandalkan kecerdasan buatan (AI), seperti diungkap oleh The Washington Post.

Para korban mengaku dirugikan, kehilangan pekerjaan, hubungan rusak, dan tidak mampu membayar sewa atau biaya mobil. Beberapa anak korban bahkan harus mendapatkan konseling akibat trauma melihat orang tua mereka ditangkap.

Meski semua kasus akhirnya dibatalkan, polisi sebenarnya bisa memeriksa alibi, ciri khas/tato, atau bukti DNA dan sidik jari sebelum melakukan penangkapan. The Washington Post menemukan dari 75 departemen yang menggunakan pengenalan wajah, 40 di antaranya sampai ke tahap penangkapan.

Polisi menganggap teknologi ini membantu memecahkan kasus sulit, seperti serangan di Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021. Namun, belum ada pengujian independen mengenai keakuratan teknologi ini dalam cara penggunaan polisi.

Contohnya, di Woodbridge, New Jersey, Nijeer Parks ditangkap sebagai tersangka perampokan melalui pengenalan wajah pada 2019, meski bukti DNA dan sidik jari menunjukkan sebaliknya. Woodbridge menyelesaikan gugatan sebesar USD 300.000 tanpa mengakui kesalahan.

“Polisi Woodbridge tidak menanggapi permintaan komentar, dan The Post tidak menemukan indikasi bahwa pria yang cocok dengan bukti DNA dan sidik jari pernah didakwa,” tambah The Washington Post. (dtc)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com