Menguak Misteri Angka 13: Dari Mitos Kuno hingga Fakta Psikologis

PERNAHKAH Anda memperhatikan banyak gedung tinggi menghilangkan lantai ke-13? Fenomena ini bukan sekadar kebetulan, melainkan akar dari kepercayaan global bahwa angka 13 sial

Namun, benarkah angka ini membawa nasib buruk, atau hanya mitos yang mengakar? Simak penjelasan ilmiah dan budaya di balik reputasi kontroversial angka 13.

Asal Usul Angka 13 dalam Legenda dan Sejarah
Sejarah mencatat, ketakutan akan angka 13 atau triskaidekaphobia berawal dari kisah-kisah kuno.

Dalam mitologi Nordik, dewa Loki yang jahat adalah tamu ke-13 di pesta dewa Valhalla, memicu kekacauan. Sementara dalam Kristen, Yudas—pengkhianat Yesus—disebut sebagai tamu ke-13 di Perjamuan Terakhir. Angka 12 sendiri sering melambangkan kesempurnaan (12 bulan, 12 zodiak), sehingga kehadiran angka 13 dianggap mengganggu harmoni ini.

Mitos Angka 13 vs. Realitas Data
Menurut Igor Radun, pakar perilaku manusia dari Universitas Helsinki, tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan angka 13 membawa sial. “Ini murni persepsi yang dibentuk budaya,” ujarnya.

Studi menarik dari British Medical Journal (1993) mengungkap, lalu lintas di London lebih sepi pada Jumat tanggal 13, menunjukkan orang sengaja menghindari aktivitas karena takhayul.

Namun, data kecelakaan atau kerugian finansial tidak menunjukkan peningkatan signifikan di tanggal tersebut.

Perbedaan Budaya Angka Sial: Tidak Hanya 13!
Sementara Barat menghindari angka 13, budaya lain punya angka “terlarang” sendiri:
– Jepang: Angka 4 (“shi”) dan 9 (“ku”) dianggap sial karena mirip kata “kematian” dan “penderitaan”.
– China: Angka 4 tabu karena pengucapannya mirip “mati”. Bahkan, banyak gedung di Asia Timur tidak memiliki lantai 4.
– Italia: Angka 17 justru dihindari karena dianggap pembawa nasib buruk.

Fenomena ini membuktikan bahwa kesialan angka bersifat relatif, tergantung nilai budaya setempat.

Triskaidekaphobia: Ketakutan yang Dibentuk Psikologi
Psikolog menjelaskan, fobia angka 13 bisa muncul dari pengalaman traumatis atau paparan kepercayaan turun-temurun.

Manusia cenderung takut pada hal asing, dan karena angka 13 jarang muncul dalam keseharian (tidak ada bulan ke-13 atau jam 13), otak mudah mengaitkannya dengan hal negatif. Faktor lingkungan, seperti keluarga atau media yang memperkuat stereotip, juga berperan besar.

Dampak Takhayul Angka 13 di Kehidupan Modern
Kepercayaan ini tidak hanya memengaruhi perilaku individu, tetapi juga industri. Banyak maskapai penerbangan menghilangkan nomor kursi 13, hotel “melompati” lantai 13, hingga rumah sakit yang enggan menggunakan angka ini di ruang operasi. Meski demikian, di negara seperti Spanyol atau Yunani, angka 13 justru dianggap membawa keberuntungan!

Kesimpulan: Antara Mitos dan Logika
Angka 13 mungkin hanya angka biasa, tetapi kekuatan narasi budaya dan psikologi manusia membuatnya istimewa. Daripada terjebak takhayul, memahami asal usul angka 13 dan perbedaan budaya angka sial justru membuka wawasan tentang bagaimana manusia menciptakan makna dari hal-hal sederhana. Jadi, apakah Anda termasuk yang percaya mitos atau lebih memilih data ilmiah?

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com