Dibalik Legenda: Patung Malin Kundang Ternyata Karya Seni Era 80-an, Bukan Batu Kutukan
PADANG – Selama puluhan tahun, sosok batu yang tergeletak di Pantai Air Manis, Padang, telah memikat imajinasi para wisatawan.
Banyak yang percaya itu adalah batu asli, tubuh Malin Kundang yang dikutuk ibunya menjadi batu karena durhaka. Namun, ternyata, “batu” tersebut adalah sebuah patung buatan manusia yang sengaja dibangun untuk memperkuat narasi legenda tersebut.
Berdasarkan fakta historis, patung Malin Kundang yang terkenal itu bukanlah fenomena alam, melainkan hasil karya seni yang dibangun pada dekade 1980-an oleh dua seniman lokal Padang, Dasril Bayras dan Ibenzani Usman.
Patung itu sengaja dibuat menyerupai sosok manusia yang sedang bersujud, sesuai dengan cerita rakyat Minangkabau yang melegenda.
Menanggapi hal ini, Dr. Arief Budiman, seorang Antropolog Budaya dari Universitas Andalas, memberikan penjelasannya.
“Kisah Malin Kundang adalah folklor yang sangat berharga, berfungsi sebagai media pendidikan moral dan penjaga kohesi sosial. Keberadaan patung ini adalah bentuk modernisasi dari folklor tersebut. Masyarakat perlu memahami bahwa nilai utamanya terletak pada pesan moralnya, bukan pada keaslian batunya. Patung ini justru menjadi bukti bahwa budaya itu hidup dan bisa diadaptasi, dalam hal ini menjadi daya tarik wisata yang efektif,” ujarnya.
Dr. Arief menambahkan, pemahaman ini penting agar masyarakat dapat mengapresiasi warisan budaya secara lebih kritis dan informatif, tanpa mengurangi kekayaan narasi yang sudah ada.
Jadi, meskipun legenda Malin Kundang adalah cerita turun-temurun yang menjadi jiwa dari budaya Minangkabau, “batu” yang disaksikan ribuan orang selama ini adalah sebuah ikon wisata buatan.
Perpaduan antara legenda yang abadi dengan kreativitas seni inilah yang terus membuat Pantai Air Manis menjadi destinasi yang tak pernah kehilangan pesonanya. (Red)